Jumat, 29 April 2011

Memilih benih dan persemaian padi IR 64

Padi IR 64 merupakan salah satu varietas unggul padi sawah yang dilepas pemerintah mulai tahun 1986. Sampai saat ini masih disukai petani, karena umur tanam lebih pendek, nasinya pulen, dan mudah dijual karena harga terjangkau oleh masyarakat. Untuk memperoleh hasil padi IR 64 yang tinggi harus menggunakan benih bermutu dengan varietas unggul, yaitu benih padi IR 64 yang bersertifikat. Dalam penggunaan benih bersertifikat tidak semua dapat ditanam sebagai benih, melainkan harus dipilih yang bagus. Cara memilih benih padi yang bagus ada 3 (tiga) cara dan petani hanya cukup menggunakan satu cara saja.
Setelah memperoleh benih yang bagus, petani harus berupaya memperoleh bibit padi yang bagus dengan memperhatikan persemaian/pembibitan. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: letak lokasi, cara mengolah tanah, cara melindungi bibit, dan lain-lain.
Dari uraian tersebut di atas, petani perlu mengetahui hal-hal sebagai berikut.
Keuntungan penggunaan benih bermutu
Penamanan padi IR 64 disarankan menggunakan benih bermutu varietas unggul yang bersertifikat, karena akan memperoleh keuntungan sebagai berikut:
-  Jika disemaikan akan menghasilkan bibit yang tegar dan sehat.
-  Tanaman yang sehat dengan perakar baik dan banyak.
-  Menghasilkan kecambah yang tinggi dan pertumbuhan yang seragam.
-  Dapat tumbuh lebih cepat dan tegar, setelah ditanam (dipindah ke lahan tanam).
-  Tahan terhadap wereng coklat biotipe 1 & 2 dan virus kerdil rumput.
-  Agak tahan wereng coklat biotipe 3 hawar daun bakteri strain IV.
-  Akan diperoleh hasil yang tinggi dan mutu hasil lebih baik.
Cara memilih benih yang baik
Setiap sawah yang akan ditanami padi seluas 1 hektar membutuhkan benih sebanyak kira-kira 20 kg. Benih yang akan ditanam harus dipilih yang baik. Memilih benih padi yang baik ada 3 cara, tetapi hanya satu cara saja yang dipakai. Pilih satu dari 3 cara berikut:
1. Pemilihan benih yang baik dengan telur dan air garam
    -  Siapkan ember dengan ukuran minimal cukup untuk 3 kali volume/banyaknya benih.
    -  Masukan air ke dalam ember, sebanyak kira-kira 2 kali volume benih.
    -  Letakan telur di dasar air dan masukan garam dapur sedikit demi sedikit sampai telur terangkat ke permukaan air, lalu telur diambil.
    -  Kemudian masukan benih padi IR 64 ke dalam larutan air garam.
    -  Selanjutnya di aduk-aduk dan benih yang mengambang dibuang atau tidak ditanam.
    -  Benih yang tengelam disemaikan.

2. Pemilihan benih yang baik dengan air garam
    -  Siapkan ember dengan ukuran minimal cukup untuk 3 kali volume benih.
    -  Buatlah larutan 20 gram garam dapur dalam 1 liter air
    -  Masukan larutan garam ke dalam ember sebanyak 2 kali volume benih.
    -  Masukan benih ke dalam larutan garam tersebut.
    -  Kemudian di aduk-aduk dan benih yang mengambang dibuang atau tidak ditanam.
    -  Benih yang tengelam disemaikan.
3. Pemilihan benih yang baik dengan pupuk ZA
    -  Siapkan ember dengan ukuran minimal cukup untuk 3 kali volume benih.
    -  Buatlah larutan 20 gram pupuk ZA dalam 1 liter air.
    -  Masukan larutan pupuk ZA ke dalam ember sebanyak 2 kali volume benih.
    -  Masukan benih ke dalam larutan pupuk ZA tersebut.
    -  Kemudian di aduk-aduk dan benih yang mengambang dibuang atau tidak ditanam.
    -  Benih yang tengelam disemaikan.
Perlakuan benih padi untuk disemaikan
Setelah mendapatkan benih padi yang baik atau benih padi yang tenggelam, tidak langsung disebar pada persemaian tetapi harus dilakukan hal-hal berikut:
Benih yang tenggelam dibilas dengan air bersih, agar tidak mengandung larutan garam atau pupuk.
Setelah bersih, benih direndam selama 24 jam, kemudian ditiriskan selama 48 jam. Lalu benih siap disebar pada bedengan persemaian.
Cara persemaian/pembibitan
-  Pilih lokasi persemaian dekat dengan sumber air dan memiliki drainase yang baik, agar air di persemaian dapat diatur dengan baik (cepat diairi dan cepat pula dikeringkan menurut kebutuhan).
-  Buatlah bedengan pembibitan seluas 400 m2, dengan lebar 1 - 1,2 m dan panjangnya menurut keadaan lahan. Antar bedengan dibuat parit sedalam 25 - 30 cm.
-  Setiap 2 m2 bedengan campurkan kera-kira 2 kg bahan organik seperti kompos atau pupuk kandang atau campuran serbuk kayu, abu, sekam padi. Pemberian bahan organik pada persemaian ini akan memudahkan pencabutan bibit padi sehingga kerusakan akar dapat dikurangi.
-  Persemaian perlu dilindungi dari hama tikus, sebab tikus sangat senang benih padi yang baru disebar, dengan cara:
-  Buat pagar plastik mengelilingi tempat pembibitan.
-  Cara ini akan lebih baik/tepat apabila tempat persemaian beberapa petani dalam satu lokasi, dipasang bubu perangkap pada pagar plastik untuk pengendalian tikus sejak dini.
-  Sebarlah benih padi secara merata di atas bedengan.
Penulis : SUSILO ASTUTI H. (Penyuluh Pertanian Pusbangluhtan)
Sumber Informasi:
1. Anonim. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 2008.
2. Anonim. Teknologi Budidaya Padi. Jakarta: Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 2008.
3. Anonim. Pedoman Umum. Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Melalui Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terapadu (SL-PTT). Jakarta: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2008.
4. Website gambar persemaian padi

Jumat, 15 April 2011

Syarat tumbuh tanaman kentang

petani di daerah dataran tinggi atau pegunungan, kentang merupakan tanaman sayuran yang sangat penting. Di waktu lampau, kentang hanya menjadi bahan makanan orang asing dan orang kaya di pesta-pesta. Namun sekarang kentang telah menjadi bahan makanan masyarakat umum, baik untuk pesta maupun untuk sehari-hari.
Untuk mengusahakan tanaman kentang, sebaiknya terlebih dahulu mengetahui syarat tumbuh tanaman kentang, seperti tanah dan ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman kentang, iklim, panjang hari, dan derajat keasaman (pH).
Tanah dan Ketinggian Tempat
Tanaman kentang hanya mau tumbuh dan produktif pada jenis tanah ringan yang mengandung sedikit pasir dan kaya bahan organik. Contohnya, tanah andoso (vulkanik) yang mengandung abu gunung berapi dan tanah lempung berpasir (margalit). Jenis tanah mempengaruhi kandungan karbohidrat umbi kentang. Pada umumnya tanaman kentang yang dikembangkan di tanah berlempung mempenyuai kandungan karbohidrat lebih tinggi dan rasanya lebih enak.
Tanaman kentnag tumbuh baik di daerah dataran tinggi atau pegunungan dengan tingkat kemiringan 800-1.500 meter di atas permukaan laut (dpl). Bila tumbuh di dataran rendah (di bawah 500 m dpl), tanaman kenetang sulit membentuk umbi. Kelaupun terbentuk, umbinya sangat kecil, kecuali di daerah yang mempenyai suhu malam hari dingin (20 0C). Sementara itu, jika ditanam di atas ketinggian 2.000 m dpl, tanaman akan lambat membentuk umbi.
Iklim
Faktor iklim meliputi komponen suhu udara, curah hujan, kelembapa, sinar matahari, dan angin yang saling berkaitan. Tanaman kentang menghendaki suhu udara harus dingin, antara 15-22 oC (optimumnya 18-20 0C) dengan kelembapan udara 80-90%.
Tanaman kentang memerlukan banyak air, terutama pada stadia berbunga, tetapi tidak menghendaki hujan lebat yang berlangsung terus-menerus. Curah hujan yang baik untuk tanaman pertumbuhan tanaman kentang adalah 2.000-3.000 mm/tahun. Tanaman kentang tidak menyukai daerah yang banyak mendung dan berkabut. Untuk fotosintesis, tanaman ini menghendaki sinar matahari penuh (60-80%).
Panjang hari
Panjang hari adalah lamanya penyinaran sinar matahari dalam satu hari. Untuk pembentukan umbi, tanaman kentang menghendaki hari pendek (matahari menyinari kurang dari 10 jam sehari), tetapi untuk pembentukan bunga tanaman menghendaki hari panjang (matahari menyinari lebih dari 14 jam sehari).
Derajat Keasaman Tanah (pH)
Tanaman kentang tumbuh pada tanah dengan pH antara 5-5,5. Pada tanah asam (kurang dari 5) menyebabkan tanaman sering mengalami gejala kekurangan unsur Mg dan keracunan Mn. Selain itu, tanaman menjadi mudah terserang nematida. Sementara pada tanah basa (pH lebih dari 7) sering timbul gejala keracunan unsur K dan umbinya mudah terserang penyakit kudis (Streptomyces scabies), sehingga tidak laku dijual.
Bila tanaman kentang mengalami keracunan atau kekurangan unsur K, ujung dan tepi daunnya berwarna cokelat kemerahan dan menjadi rapuh, mirip gejala kekurangan Mg. Sementara itu, keracunan Mn menyebabkan daunnya menjadi hijau pucat kekuningan dan sepanjang urat daun terdapat bintik-bintik kecokelatan.

Paket teknologi budidaya Kentang

Budidaya Kentang













PENDAHULUAN

Di Sulawesi Selatan, kentang merupakan komoditas sayuran primadona didaerah dataran tinggi. Dalam perwilayahan komoditas Sulawesi Selatan telah ditetapkan sentra-sentra pengembangan kentang meliputi Kab. Tator, Enrekang, Polmas, Gowa dan Bantaeng dengan luas lahan tercatat 23.074,5 ha. Pada tahun 2000, luas panen kentang didaerah ini tercatat 3.443 ha dengan produktivitas yang masih rendah 3,75 t/ha.

Rendahnya produktivitas diatas disebabkan anatara lain, penggunaan bibit bermutu rendah, pengelolaan budidaya yang belum optimal serta penanganan pasca panen yang belum memadai. Dilain pihak, teknolgi budidaya kentang telah banyak dihasilkan oleh BPTP dan lembaga penelitian lain dengan hasil produksi mencapai 21-25 ton/ha. Kesenjangan hasil yang tinggi antara yang dicapai petani dengan hasil ditingkat penelitian, disebabkan karena teknologi yang ada belum sepenuhnya diterima dan diterapka oleh petani.

VARIETAS
• Untuk dataran tinggi adalah granola, cipanas, HPS, nikola, atzimba
• Dataran medium adalah berolina, Dto.33,Desiree

PENYIAPAN BIBIT
• Kebutuhan bibit/ha 1,2 -1,5 ton
• Ukuran bibit 28-55 mm dengan bobot umbi antara 30-60 gram/umbi
• Bibit yang akan ditanam, bibit yang sudah bertunas

PENYIAPAN LAHAN
• Lahan  yang akan ditanami dibersihkan dari rumput dan sisa-sisa tanaman musim sebelumnya.
• Tanah diolah dengan menggunakan cangkul sampai gembur

PANANAMAN
• Penanaman dilakukan dengan system alur/garitan dengan jarak 40 cm dan jarak antara barisan 80 cm.
• Penanaman dilakukan dengan meletakkan 1 umbi bibit/lubang, lalu ditutup tipis dengan tanah
Budidaya kentang









PEMUPUKAN

Pemupukan pertaa diberkan pada saat tanam dengan dosis 300 kg/ZA, 250 kg SP36, 250 kg KCI/ha serta 20 t/ha pupuk kandang.

Pada umur 35 hst, tanaman dipupuk dengan urea 250 kg/ha
Pemupukan dilakukan dengan cara ditaburkan dalam garitan-garitan pada saat tanam dan ditugal pada pemupukan kedua dengan jarak sekitar 5 cm dari tanaman.

PENYIANGAN DAN PEMBUMBUNAN
• Penyiangan dilakukan sesuai dengan keadaan gulma
• Pembumbunan dilakukan pada umur 25 hst dan 35 hst.
• Pembubunan diusahakan tidak mengganggu syste perakaran

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

a. Hama pengisap daun (Thrips palmi)


• Pengendaliannya dengan memasang perangkap berperekat warna biru
• Apabila ditemukan pengisap daun 10 ekjor/daun tanaman disemprot dengan insektisida seperti decis(1 ml/1ltr air) atau ambush 2 EC (3ml/ltr)
• Penyemprotan sebaiknya dilakukan sore hari, pada waktu matahari tidak terik

b. Hama Kutu daun/Aphid (Myzus persicae)

• Penanaman tanaman pinggir seperti kubis
• Pemasangan perangkap kuning dan apabila terdapat 7 ekor nimpa/10 daun, tanaman disemprot dengan insektisida seperti decis 2,5 EC (1ml/ltr air)

C.Hama Penggerek Umbi (Phthorimae operculella)


• Menaikkan gulugdan sampai semua umbi tertutup tanah agar ngengat tidak dapat meletakkan telurnya.
• Bila ditemukan 2 larva/pertanaman dapat disemprot dengan insektisida seperti : Orthene 75 sp 3g/ltr air dan pada umbi seperti sevin 85 S dengan dosis 100g/10 kg umbi.

d. Penyakit busuk daun (Phytophtora infestans)

• Daun yang terserang dipetik dan dimusnahkan
• Penyemprotan dilakukan bila terdapat 1 bercak aktif/10 tanaman contoh dengan Fungisida sistimek, yang kemudian diteruskan dengan fungisida kontak seminggu sekali seperti antracol 70 WP (2gram/ltr air) Dithane M-45 (1,5-2,5g/l air)
• Penyemprotan dengan ekstrak pinang 30 ml/ltr air

e.Penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum avirulent)

• Tanaman sakit dicabut dan dimusnahkan
• Perendaman umbi bibit dengan Pseudomonas  Italie solanacearum avirulent .
• Kentang dipanen setelah umbi cukup tua (100-140 hst), bila kulit umbi telah melekat erat 
pada daging umbinya sehingga bila ditekan dengan jari kulitnya tidak terkelupas.
• Panen dilakukan pada cuaca terang dan kering
• Umbi yang sakit dipisahkan dan dimusnahkan
• Umbi dikelompokkan berdasarkan dengan ukurannya.
• Umbi yang akan disimpan untuk bibit diberikan insektisida dan fungisida untuk mencegah adanya serangan hama dan penyakit selama penyimpanan.

Tabel 1. Umbi dikelompokkan berdasarkan ukuran
Kelas Umbi Bobot Umbi
Umbi Konsumsi > 80 gram
Umbi kelas A (bibit besar) 60-80 gram
Umbi kelas B (bibit sedang) 45-60 gram
Umbi kelas C (bibit ) 30-45 gram
Umbi ares (bibit kecil) 20-30 gram
Umbi Kriel (kecil=konsumsi) < 20 gram
Sumber : Hasil Penelitian BPTP Sulawesi Selatan 2005

Senin, 11 April 2011

Penyakit Hawar Pelepah Padi dan Pengendaliannya

Selain penyakit blas, tanaman padi varietas Cisadane juga rentan terhadap penyakit hawar pelepah. Penyakit yang disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani Khun ini serangannya kurang mempunyai arti ekonomi maka cenderung diabaikan. Namun demikian apabila terjadi serangan akan mampengaruhi jumlah gabah isi pada tiap malainya walaupun tidak mempengaruhi bobot 100 butir. Penyakit hawar pelepah mudah ditemukan pada ekosistem padi dataran tinggi sampai dataran rendah.
Gejala Yang Ditimbulkan
Gejala penyakit dimulai pada bagian pelepah daun dekat permukaan air sampai daun bendera. Bercak pertama timbul dari pelepah daun bagian bawah dan selanjutnya berkembang ke pelepah atau helai daun bagian atasnya. Pada awalnya bercak berwarna kelabu kehijau-hijauan, berbentuk oval atau elips dengan panjang 1-3 cm, pada pusat bercak warna menjadi putih keabu-abuan dengan tepi berwarna coklat.

Bercak membentuk sklerotia berwarna coklat dan mudah lepas. Dalam keadaan lembab dari bercak tumbuh benang-benang putih atau miselia menjalar ke bagian atas tanaman dan menulari pelepah daun atau helaian daun dengan cara bersentuhan satu sama lain. Miselia segera tumbuh di dalam maupun di luar jaringan membentuk bercak, selanjutnya akan membentuk sklerotia lagi. Pada serangan berat, seluruh daun menjadi hawar. Sklerotia cendawan ini mampu bertahan selama 1-2 tahun dalam tanah, sedangkan pada sisa-sisa jerami padi sawah bisa bertahan selama 3 tahun, tergantung pada suhu dan kelembaban tanah. Sklerotia banyak terbentuk pada tumpukan jerami sisa panen maupun pada seresah tanaman yang lain. Pada saat pengolahan tanah sklerotia bisa terapung di permukaan air dan selanjutnya bila ada pertanaman padi bisa menempel pada pangkal batang padi yang baru ditanam. Cendawan ini menginfeksi tanaman melalui stomata atau kutikula. Pada waktu penetrasi cendawan ini membentuk miselia khusus, pendek dengan banyak cabang. Cendawan ini berkembang baik pada kelembaban tinggi dan suhu yang relative tinggi.
Semenjak dikembangkan varietas padi yang beranakan banyak dan didukung oleh pemberian pupuk yang berlebihan terutama nitrogen, serta cara tanam dengan jarak yang rapat menyebabkan perkembangan hawar pelepah semakin parah. Kehilangan hasil padi akibat penyakit hawar pelepah dapat mencapai 30%.
Biologi dan Ekologi
Penyakit hawar pelepah mulai terlihat berkembang di sawah pada saat tanaman padi stadia anakan maksimum dan terus berkembang sampai menjelang panen, namun kadang tanaman padi di pembibitan dapat terinfeksi parah. Rhizoctonia solani Kuhn termasuk cendawan tanah, sehingga disamping dapat bersifat sebagai parasit juga dapat sebagai saprofit. Pada saat tidak ada tanaman padi, cendawan ini dapat menginfeksi beberapa gulma di pematang juga tanaman palawija yang biasanya digunakan untuk pergiliran tanaman seperti jagung dan kacang-kacangan. Selama pengolahan tanah sklerotia tersebut dapat tersebar ke seluruh petakan sawah dan menjadi inokulum awal penyakit hawar pelepah pada musim tanam berikutnya. Fenomena ini menunjukkan bahwa sumber inokulum penyakit hawar pelepah selalu tersedia sepanjang musim.
Pengendalian
Hawar pelepah padi (Rhizoctonia solani Kuhn.) dapat dikendalikan secara kimia, biologi, dan teknik budidaya. Pengendalian secara kimia dengan menggunakan fungisida berbahan aktif benomyl, difenoconazol, mankozeb, dan validamycin dengan dosis 2cc atau 2g per satu liter air, dapat menekan perkembangan cendawan R. solani Kuhn dan keparahan hawar pelepah.
Pengendalian secara biologi dengan penyemprotan beberapa bakteri antagonis, dapat mengurangi tingkat keparahan hawar pelepah. Penambahan bahan organik yang sudah terdekomposisi sempurna/sudah matang (kompos jerami dengan C/N rasio ±10) dengan dosis 2 ton/ha, dapat menekan perkecambahan sklerosia di dalam tanah dan menghambat laju perkembangan penyakit hawar pelepah di pertanaman.
Pengendalian dengan teknik budidaya diantaranya yaitu menerapkan jarak tanam tidak terlalu rapat, pemupukan komplit dengan pemberian nitrogen sesuai kebutuhan, serta didukung oleh cara pengairan yang berselang. Cara ini dapat menekan laju infeksi cendawan R. solani pada tanaman padi. Disamping itu, pengurangan sumber inokulum di lapangan dapat dilakukan dengan sanitasi terhadap gulma-gulma di sekitar sawah.
Pengendalian penyakit hawar pelepah mempunyai peluang keberhasilan yang lebih tinggi bila taktik-taktik pengendalian tersebut di atas dipadukan (pengendalian penyakit secara terpadu).
Penurunan serangan penyakit juga dapat dilakukan dengan pengaturan jarak tanam yang tidak terlalu rapat, perbaikan pembuangan air, sanitasi lingkungan dengan cara eradikasi tanaman pengganggu dan sisa tanaman saklit.
Cara lain agar tanaman padi tidak terserang penyakit hawar batang adalah dengan menanam tanaman padi varietas tahan dan benih yang sehat. Walaupun pada dasarnya belum ada varietas unggul yang tahan pada penyakit ini
(berdasar hasil penelitian tim peneliti Faperta UGM, 2007).
Berdasar penelitian IRRI pada varietas agak tahan dengan menggunakan pupuk N rendah, kehilangan hasil hanya berkisar 0,4 - 8,8 % dibandingkan dengan penggunaan pupuk N yang tinggi, kehilangan hasil dapat mencapai 2,5 - 13,2 % (Ou dan Bandong, 1976).
Ada beberapa varietas padi lokal yang tahan pada penyakit ini yaitu varietas Pulut Tulang, Pulut Hitam Randah, dan Kaciek A Panjang (Dahlan dkk.,1979), Jelita,Pulut Hitam dan Sytha (Hartini dkk.,1985). Seluruh varietas tersebut berasal dari Sumatera Barat.
Sumber : BB Padi Sukamandi
Penulis : Wiwiek Hidajati,

Penyuluhan


Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
 
Penyuluhan sebagai proses belajar diartikan bahwa kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan dapat merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan melalui kegiatan belajar. Artinya, perubahan perilaku yang terjadi/ berlangsung karena melalui proses belajar. Sebagai kegiatan pendidikan, penyuluhan pertanian adalah upaya untuk membantu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi pelaku utama dan keluarganya serta pelaku usaha.
Kegiatan penyuluhan sering dikacaukan dengan kegiatan penerangan. Penerangan bersifat searah dan pasif. Tetapi penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh, agar terbangun proses belajar dan perubahan perilaku yang merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap dan ketrampilan seseorang.
 
Tujuan pembelajaran digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu : 1) pengetahuan dan informasi atau kognitif, 2) sikap dan apresiasi atau affektif, dan 3) ketrampilan dan performansi atau psikomotorik .
Kemampuan kognitif menyangkut kemampuan daya nalar atau pikir seseorang, dengan bertambahnya pengetahuan dan informasi, kemampuan afektif yang meliputi aspek minat, respon, semangat, jiwa kejuangan yang berkaitan dengan tata nilai/ norma dan psikomotorik , tindakan nyata yang ditampilkan dalam kesehariannya sebagai perwujudan perilaku dan cerminan kognisi dan sikapnya.
Penguasaan ketrampilan dapat menimbulkan perubahan sikap. Demikian juga dengan bertambahnya pengetahuan dapat menumbuhkan sikap yang baik terhadap materi belajar dan proses belajar.
 
Penyuluhan tidak boleh hanya berhenti pada penyebarluasan informasi/ inovasi dan penjelasan kepada petani atau penerangan, tetapi harus dilakukan terus menerus sampai terjadinya perubahan perilaku yang ditandai petani tersebut mau menerapkan dan secara mandiri mau berswadaya membiayai.
Perubahan perilaku tidak terbatas atau terhenti setelah masyarakat mengadopsi (menerima, menerapkan, mengikuti) informasi/ inovasi yang disampaikan, tetapi juga termasuk untuk selalu siap melakukan perubahan-perubahan terhadap inovasi yang sudah diyakininya terutama yang dapat meningkatkan kesejahteraannya.,
 
Perubahan perilaku melalui pendidikan/ proses belajar berlangsung lebih lama, tetapi perubahannya relatif lebih kekal. Perubahan perilaku itu, baru akan berubah jika ada inovasi baru yang mempunyai keunggulan-keunggulan yang lebih baik yang memberikan nilai tambah ekonomi lebih. Lain halnya dengan perubahan perilaku melalui bujukan, pemberian insentif/ hadiah bahkan paksaan yang dapat terjadi dalam waktu singkat, tetapi lebih cepat berubah manakala bujukan/hadiah / paksaan dihentikan. Saat ini inovasi teknologi dapat diadopsi jika dibuktikan hasilnya berdasarkan hasil pengkajian lokal yang menjadi dasar pengembangan materi penyuluhan. Pengkajian lokal itu sendiri haruslah memiliki kaitandengan kebutuhan dan harapan petani.dalam memecahkan masalahnya.
Penyuluhan sebagai proses belajar dan perubahan perilaku tidak berlangsung vertikal yang lebih bersifat menggurui tetapi merupakan pendidikan orang dewasa yang berlangsung horizontal dan mitra kerja yang lebih partisipatif.
 
Keberhasilan penyuluhan tidak diukur dari berapa banyak ajaran yang disampaikan, tetapi seberapa jauh terjadi proses belajar bersama (dari, oleh dan untuk petani) dari pengalaman belajar ( lesson learned) , yang mampu menumbuhkan kesadaran (sikap), pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga mampu mengubah perilaku kelompok sasaran ke arah kehidupan yang lebih mensejahterakan setiap invidu, keluarga dan masyarakat.
Penulis : Asia ( Penyuluh BPPSDMP)
Sumber : Totok Mardikanto. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian.